LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAN NON SOLID Suspensi
MODUL
I
SUSPENSI
I.
TUJUAN
Memberikan
pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi sediaan suspensi dan melkukan
kontrol kaualitas (evaluasi) sediaan suspensidan pengaruh tipe alat terhadap
stabilitas suspensi.
II.
DASAR TEORI
Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana
partikel padat yang tak larut terdispersi dalam medium cair. Partikelnya
mempunyai diameter yang sebagian besar lebih dari 0,1 mikron. Beberapa partikel
terlihat dibawah mikroskop menunjukan geraka brown bila dispersinya mempunyai
viskositas yang rendah.
Suspense dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara :
1.
Injeksi
intramuscular ( Suspense Penicilin G )
2.
Tetes
mata ( Suspense Hidrokortison Asetat )
3.
Melalui
mulut ( Suspense Sulfat/Kemicetin )
4.
Memalui
rectum ( Suspense Paranitro Sulfathiazole )
Dalam pembuatan suspensi dikenal 2 macam system, yaitu
system flokulasi dan system deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel
terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi
kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system deflokulasi, partikel
terdeflokulasi mengenap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk sedimen dan
terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Pada system flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang
sungguh-sungguh tergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya
dan pada suatu waktu flokulasi kelihatan kasarr akibat terjadi flokul. Dalam
system deflokulasi, partikel tersdispersi baik dan mengenap sendirian, tapi
lebih lambat daripada system flokulasi, tapi partikel deflokulasi berkehandak
membentuk sedimen atau cake yang terdispersi kembali.
( Anief, 1993 )
Teknologi Pembuatan
Pembuatan
sediaan obat suspensi dibedakan menjadi empat fase, yaitu :
a.
Pendistribusian atau penghalusan fase
terdispersi.
b.
Pencampuran dan pendispersian fase
terdispersi di dalam bahn pendispersi.
c.
Stabilisasi untuk mencegah atau
mengurangi pemisahna fase.
d.
Homogenisasi, yang diartikan sebagai
perataan fase terdispersi dalam bahan pendispersi.
Setelah
penghalusan sampai ukuran partikel yang dikehendaki, bahan padat mula-mula
digerus homogen dengan sejumlah kecil bahan pendispersi, kemudian sisa cairan
dimasukkan sebagian demi sebagian. Jika pembawa terdiri dari beberapa
cairanmaka untuk menggerus digunakan cairan dengan viskositas yang tertinggi
atau yang memiliki daya pembasahan paling baik terhadap partikel terdispersi.
Pengujian Ukuran Partikel, Dispersitas
dan Pengujian Lainnya
Penetuan
ukuran partikel body padat tersuspensi dilakukan melalui pengukuran secara
mikroskopik. Pengerjaan dipermudah dengan menggunakan mikroskop proyeksi
(Lanameter), dimana objek mengalami perbesaran yang sangat kuat yang
ditampilkan pada sebuah layar berskala. Penentuan orientasi partikel dapat
dilakukan dengan GREENDOMETER. Tingkat dispersitas jika diperlakukan dapat
diterapkan dengan mikroskopik, atau dengan pipet ANDREAS atau yang lebih mudah
lagi dengan penghitungan paretikel elektrolit(COULTER atau GRANULOTER).
Beberapa cara untuk memetukan ukuran partikel telah diuraikan dalam bagian
2.1.5. Disamping itu, informasi yang sangat diperlukan adalah hasil pengukuran
RHEOLOGIS.
Untuk
lotion misalnya dilakukan pengujian terhadap daya ikat lapisan yang telah
mengering saeta evaluasi daya pekatnya untuk mendukung kandungan bahan aktif
didalam suspensi sebagai tolak ukur evaluasi kualitasnya yang dapat dilakukan
langsung setelah pengocokan suspensi.
( Voight, 1971 )
Pengemasan dan Penyimpanan
Semua
suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara yang
memadai di atas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan
suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya. Suspensi perlu dikocok tiap kali
sebelum digunakan. Untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam
pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam.
Sifat-Sifat
Yang Diinginkan Dalam Suatu Suspensi Farmasi
Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan
pembuatan suatu suspense farmasi yang baik. Disamping khasiat terapeutik,
stabilitas kimia dari komponen-komponen forrmulasi, kelenggangan sediaan dan
bentuk estetika dari sediaan sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan
farmasi dan sifat-sifat lain yang spesifik untuk suspense farmasi :
1.
Suatu
suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat dan cepat mengendap secara
lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
2.
Karakteristik
suspensi harus sedemikan rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
3.
Suspense
harus bias dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
( Ansel, 1989 )
III.
Alat
dan Bahan
ALAT
·
Alat volumetric
·
Alat-alat pembuatan suspensi (mixer)
·
Tabung reaksi 20 ml (minimal 20 buah)
BAHAN
·
Sulfadiazina
·
Sulfamerazina
·
Sulfadimidina
·
Asam sitrat
·
CMC Na
·
Metil paraben
·
NaOH
·
Gula
·
Etanol
·
Sodium Lauril Sulfat
·
·
IV.
Cara
Kerja Skematis
A. Menghitung
derajat flokulasi
Buat disperse Sulfadiazina dengan
formula sebagai berikut :
Formula
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
Sulfadiazina
|
6 gr
|
6 gr
|
6 gr
|
6 gr
|
6 gr
|
SLS
|
60 mg
|
60 mg
|
60 mg
|
60 mg
|
60 mg
|
|
-
|
6 mg
|
12 mg
|
18 mg
|
30 mg
|
Aquadest
|
60 ml
|
60 ml
|
60 ml
|
60 ml
|
60 ml
|
Cara
pembuatan
Larutkan
SLS ke dalam sebagian aquadest
↓
Didispersikan
serbuk Sulfadiazina ke dalam larutan yang mengandung SLS
↓
Di
aduk sampai semua serbuk terbasahi,jika oerlu tambahkan sedikit aquadest
↓
Ditambahkan larutan
secara seksama pada formula-formula B,C,D dan
E aduk sampai homogen dan terjadi suatu disperse terflokulasi
↓
Disperse kemudian dituang ke dalam tabung reaksi
berskala (sekitar 10-12 ml) ditambah aquadest samapai 60 ml digojong homogeny
Ditempatkan tabung dalam rak catat tinggi
pengendapan pada waktu tertentu 0,5,10,15,20,25,30 dan 60 menit amati pula
supernatannya
↓
Ditentukan suspense yang diflokulasi dan suspense
yang flokulasi serta buat grafik waktu vs harga F untuk kelima formula tsb
↓
Dihitung derajat flokulasi suspense
dengan rumus yaitu β= F/F˷
B. Mengenal
metode pembuatan suspense :
Formula : Tiap 5 ml mengandung :
R/ Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Sulfadimidina 167 mg
Asam
sitrat 200
mg
CMC
Na 50
mg
Metal
paraben 5
mg
NaOH 100
mg
Sirup
simplex 1,5
ml
Etanol 50
µl
Aquadest
ad 5
ml
Tiap formula dibuat sebanyak 300
ml.Jadi,setiap bahan dikalikan 60
Metode pembuatan suspense
1. Cara
presipitasi
Disuspensikan
CMC Na dalam air panas distirer dengan kecepatan 120 rpm
↓
Ditambahkan air dingin
(air es) dan didinginkan samapai temperature (25° C).aduk selama 60 menit atau
hingga terbentuk larutan jernih
↓
Dilarutkan metal
paraben/nipagin dalam etanol
↓
Dicampurkan ketiga
sulfa di atas
↓
Ditambahkan (a) sambil
diaduk,kemudian (b) dan homogenkan .Lalu tambahkan sirup simplex (sirup simplex
dibuat dahulu gula dan air dengan perbandingan 65:35 pemanasan jangan teralu
tinggi.
↓
Diaduk kemudian
tambahkan asam sitrat ke dalam campuran
↓
Ditempatkan
suspense dalam tabung reaksi yang telah diberi skala untuk pengamatan
2. Cara
disperse
Dilakukan
langkah yang sama dengan cara presipitasi yaitu langkah a,b dan c
↓
Ditambahkan campuran sulfa ke dalamlarutan CMC Na
sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogeny.Ditambahkan juga larutan
metal paraben,sirup simplex,larutan asam sitrat dan larutan NaOH sambil
dihomogenkan
↓
Ditempatkan
ssupensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala untuk pengamatan
3. Dilakukan
evaluasi suspense yang meliputi :
§ Organoleptisnya
§ Volume
sedimentasi
§ Diameter
rata-rata partikel
§ Gambar
bentuk Kristal pertikel suspense
§ Bandingkan
hasil perolehan dengan cara presipitasi dan cara disperse
§ Redispersibilitas
§ Ukur
viskositas
§ Ukur
pH
V.
Pembahasan
cara kerja
Menghitung
derajat flokulasi
Yang pertama kali dilakukan ialah
menimbang masing-masing bahan kemudian larutkan SLS ke dalam sebagian aquadest
lalu serbuk SLS dilarutkan ke dalam sebagian aquadest kemudian didispersikan
serbuk Sulfadiazina ke dalam larutan yang mengandung SLS lalu di aduk sampai
semua serbuk terbasahi,jika perlu tambahkan sedikit aquadest selanjutnya
ditambahkan larutan secara seksama pada formula-formula B,C,D dan
E aduk sampai homogen dan terjadi suatu disperse terflokulasi lalu disperse
kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala (sekitar 10-12 ml) ditambah
aquadest samapai 60 ml digojong homogeny selanjutnya ditempatkan tabung dalam
rak catat tinggi pengendapan pada waktu tertentu 0,5,10,15,20,25,30 dan 60
menit amati pula supernatannya setelah itu nditentukan suspense yang
diflokulasi dan suspense yang flokulasi serta buat grafik waktu vs harga F
untuk kelima formula tsb dan terakhir dihitung derajat flokulasi suspense
dengan rumus yaitu β= F/F˷
.
Cara presipitasi
Hal pertama yang
dilakukan ialah disuspensikan CMC Na
dalam air panas kemudian aduk kuat dengan perputaran searah dengan kecepatan 120 rpm kemudian
ditambahkan air dingin
(air es) dan didinginkan sampai temperature (25° C).aduk selama 60 menit atau
hingga terbentuk larutan jernih selanjutnya
dilarutkan metil paraben/nipagin dalam etanol lalu dicampurkan ketiga sulfa di
atas setelah itu ditambahkan (a) sambil diaduk,kemudian (b) dan homogenkan
.Lalu tambahkan sirup simplex (sirup simplex dibuat dahulu gula dan air dengan
perbandingan 65:35 pemanasan jangan teralu tinggi.kemudian diaduk kemudian
tambahkan asam sitrat ke dalam campuran lalu ditempatkan suspense dalam tabung
reaksi yang telah diberi skala untuk pengamatan.
Cara
dispersi
Hal pertama yang dilakukan ialah disuspensikan CMC Na dalam air panas kemudian
aduk kuat dengan perputaran searah dengan
kecepatan 120 rpm kemudian ditambahkan air dingin (air es) dan didinginkan
sampai temperature (25° C).kemudian diaduk selama 60 menit atau hingga
terbentuk larutan jernih selanjutnya
dilarutkan metil paraben/nipagin dalam etanol lalu dicampurkan ketiga sulfa di
atas setelah itu ditambahkan campuran sulfa ke dalamlarutan CMC Na sedikit demi
sedikit sambil diaduk hingga homogen.Ditambahkan juga larutan metal
paraben,sirup simplex,larutan asam sitrat dan larutan NaOH sambil dihomogenkan
lalu ditempatkan ssupensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala untuk
pengamatan.
Evaluasi suspensi
Yang dilakukan pertama kali dalam
evaluasi ini ialah Organoleptis dengan melakukan pengamatan berupa warna
(intensitas warna),bau (terjadinya perubahan bau),rasa (perubahan mouthfell)
setelah itu dilakukan pengamatan volume sedimentasi dalam pengamatan ini
pengukuran volume sedimentasi yang dihasilkan dari suspense bias digunakan
untuk mengevaluasi suspense kemudian diameter rata-rata partikel dapat
dilakukan dengan cara mengamati malalui mikroskopamati hasil endapan dengan
menggunakan gambar bentuk kristal partikel suspense kemudian bandingkan hasil
perolehan dengan cara presipitasi dan cara disperse setelah itu
redispersibilitas hal ini dilakukan jika suspense meghasilkan endapan,maka ia
harus mudah didispersikan kembali dengan pengocokan yang minimal untuk
menghasilkan sediaan yang seragam.
Kemudian
ukur viskositas dengan alat viscometer setelah itu ukur pH menggunaka stik pH
lalu cocokkan dengan warna indicator pH.
VI.
Hasil
dan Perhitungan
Menghitung derajat
flokulasi ( )
Tinggi suspensi awal (Ho) = 12,0 cm
Waktu
(menit)
|
Tinggi
endapan (Hu) untuk formula (cm)
|
||||||||||||||
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
C1
|
C2
|
C3
|
D1
|
D2
|
D3
|
E1
|
E2
|
E3
|
|
0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
12,0
|
5
|
11,8
|
12,0
|
11,7
|
12,0
|
11,8
|
12,0
|
11,9
|
11,7
|
11,8
|
11,2
|
11,2
|
11,5
|
11,6
|
11,7
|
11,7
|
10
|
11,8
|
11,9
|
11,7
|
11,8
|
11,8
|
11,8
|
11,8
|
11,7
|
11,8
|
10,8
|
10,9
|
11,0
|
11,3
|
11,5
|
11,5
|
15
|
11,7
|
11,7
|
11,7
|
11,8
|
11,7
|
11,8
|
11,6
|
11,7
|
11,7
|
10,7
|
10,8
|
10,5
|
11,1
|
11,2
|
11,3
|
20
|
11,7
|
11,7
|
11,7
|
11,7
|
11,6
|
11,7
|
11,6
|
11,5
|
11,6
|
9,7
|
9,8
|
10,0
|
10,9
|
11,0
|
11,2
|
25
|
11,6
|
11,6
|
11,7
|
11,7
|
11,6
|
11,7
|
11,4
|
11,4
|
11,5
|
9,3
|
9,5
|
9,8
|
10,8
|
11,0
|
11,1
|
30
|
11,5
|
11,6
|
11,6
|
11,6
|
11,5
|
11,6
|
11,3
|
11,3
|
11,4
|
9,1
|
9,2
|
9,5
|
10,8
|
11,0
|
11,1
|
60
|
11,4
|
11,5
|
11,5
|
11,5
|
11,3
|
11,4
|
11,2
|
11,2
|
11,3
|
8,5
|
8,2
|
8,7
|
10,6
|
10,8
|
11,0
|
β
|
1,05
|
1,04
|
1,04
|
1,04
|
1,06
|
1,05
|
1,07
|
1,07
|
1,06
|
1,41
|
1,46
|
1,3
|
1,13
|
1,1
|
1,09
|
1. Menghitung
derajat flokulasi (β)
F
=
a. Formula
A1
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
10
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
15
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
20
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
25
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
30
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
60
|
12,0
|
11,4
|
0,950
|
b. Formula
A2
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
12,0
|
1
|
10
|
12,0
|
11,9
|
0,992
|
15
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
20
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
25
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
30
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
60
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
c. Formula
A3
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
10
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
15
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
20
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
25
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
30
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
60
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
d. Formula
B1
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
12,0
|
1
|
10
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
15
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
20
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
25
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
30
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
60
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
e. Formula
B2
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
10
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
15
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
20
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
25
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
30
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
60
|
12,0
|
11,3
|
0,942
|
f. Formula
B3
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
12,0
|
1
|
10
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
15
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
20
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
25
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
30
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
60
|
12,0
|
11,4
|
0,950
|
g. Formula
C1
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,9
|
0,992
|
10
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
15
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
20
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
25
|
12,0
|
11,4
|
0,950
|
30
|
12,0
|
11,3
|
0,942
|
60
|
12,0
|
11,2
|
0,933
|
h. Formula
C2
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
10
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
15
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
20
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
25
|
12,0
|
11,4
|
0,950
|
30
|
12,0
|
11,3
|
0,942
|
60
|
12,0
|
11,2
|
0,933
|
i.
Formula C3
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
10
|
12,0
|
11,8
|
0,983
|
15
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
20
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
25
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
30
|
12,0
|
11,4
|
0,950
|
60
|
12,0
|
11,3
|
0,942
|
j.
Formula D1
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,2
|
0,933
|
10
|
12,0
|
10,8
|
0,900
|
15
|
12,0
|
10,7
|
0,892
|
20
|
12,0
|
9,7
|
0,808
|
25
|
12,0
|
9,3
|
0,775
|
30
|
12,0
|
9,1
|
0,758
|
60
|
12,0
|
8,5
|
0,708
|
k. Formula
D2
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,2
|
0,933
|
10
|
12,0
|
10,9
|
0,908
|
15
|
12,0
|
10,8
|
0,900
|
20
|
12,0
|
9,8
|
0,817
|
25
|
12,0
|
9,5
|
0,792
|
30
|
12,0
|
9,2
|
0,767
|
60
|
12,0
|
8,2
|
0,683
|
l.
Formula D3
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
10
|
12,0
|
11,0
|
0,917
|
15
|
12,0
|
10,5
|
0,875
|
20
|
12,0
|
10,0
|
0,833
|
25
|
12,0
|
9,8
|
0,817
|
30
|
12,0
|
9,5
|
0,792
|
60
|
12,0
|
8,7
|
0,725
|
m. Formula
E1
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,6
|
0,967
|
10
|
12,0
|
11,3
|
0,942
|
15
|
12,0
|
11,1
|
0,925
|
20
|
12,0
|
10,9
|
0,908
|
25
|
12,0
|
10,8
|
0,900
|
30
|
12,0
|
10,8
|
0,900
|
60
|
12,0
|
10,6
|
0,883
|
n. Formula
E2
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
10
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
15
|
12,0
|
11,2
|
0,933
|
20
|
12,0
|
11,0
|
0,917
|
25
|
12,0
|
11,0
|
0,917
|
30
|
12,0
|
11,0
|
0,917
|
60
|
12,0
|
10,8
|
0,900
|
o. Formula
E3
Menit Ke-
|
Ho (cm)
|
Hu(cm)
|
F
|
0
|
12,0
|
12,0
|
1
|
5
|
12,0
|
11,7
|
0,975
|
10
|
12,0
|
11,5
|
0,958
|
15
|
12,0
|
11,3
|
0,942
|
20
|
12,0
|
11,2
|
0,933
|
25
|
12,0
|
11,1
|
0,925
|
30
|
12,0
|
11,1
|
0,925
|
60
|
12,0
|
11,0
|
0,917
|
Grafik
Volume Pengendapan vs Waktu (menit)
Derajat Flokulasi (β)
β=
Formula
|
Derajat
Flokulasi (β)
|
||
F60
|
F0
|
β
|
|
A1
|
11,4
|
12,0
|
1,05
|
A2
|
11,5
|
12,0
|
1,04
|
A3
|
11,5
|
12,0
|
1,04
|
B1
|
11,5
|
12,0
|
1,04
|
B2
|
11,3
|
12,0
|
1,06
|
B3
|
11,4
|
12,0
|
1,05
|
C1
|
11,2
|
12,0
|
1,07
|
C2
|
11,2
|
12,0
|
1,07
|
C3
|
11,3
|
12,0
|
1,06
|
D1
|
8,5
|
12,0
|
1,41
|
D2
|
8,2
|
12,0
|
1,46
|
D3
|
8,7
|
12,0
|
1,3
|
E1
|
10,6
|
12,0
|
1,13
|
E2
|
10,8
|
12,0
|
1,1
|
E3
|
11,0
|
12,0
|
1,09
|
Mengetahui
cara pembuatan dan evaluasi suspensi
1.
Organoleptis
Uji
|
Presipitasi
|
Dispersi
|
Rasa
|
Pahit
|
Pahit
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Warna
|
Putih susu
|
Putih susu
|
2.
Volume
sedimentasi
Tinggi suspensi awal (Ho) = 12 cm
Hari ke
|
Tinggi endapan (cm)
|
|
Presipitasi
|
Dispersi
|
|
0
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
1
|
10,48
|
10,20
|
2
|
9,20
|
9,68
|
3
|
8,40
|
8,20
|
3.
Diameter
partikel
Range diameter partikel (µm)
|
Jumlah partikel
|
|||
Presipitasi
|
Dispersi
|
|||
Hari 1
|
Hari 3
|
Hari 1
|
Hari 3
|
|
0-10
|
-
|
90
|
-
|
3
|
10-20
|
-
|
81
|
-
|
9
|
20-30
|
-
|
70
|
-
|
14
|
30-40
|
-
|
65
|
-
|
22
|
40-50
|
-
|
57
|
-
|
36
|
50-60
|
-
|
47
|
-
|
47
|
60-70
|
-
|
35
|
-
|
58
|
70-80
|
-
|
24
|
-
|
68
|
80-90
|
-
|
18
|
-
|
70
|
90-100
|
-
|
10
|
-
|
85
|
>100
|
-
|
3
|
-
|
90
|
Rata-rata diameter partikel
a. Suspensi
presipitasi
Rata-rata
Hari ke-1 : -
Rata-rata
Hari ke-3 : 45,455
b. Suspensi
dispersi
Rata-rata
Hari ke-1 : -
Rata-rata
Hari ke-3 : 45,636
4. Bentuk Kristal (Gambarkan sesuai proporsinya)
Presipitasi
|
Dispersi
|
|
|
5. Uji Redispersibilitas (Lakukan setelah terjadi
endapan)
Hari ke
|
Replikasi
|
Waktu terdispersi kembali
|
|
Presipitasi
|
Dispersi
|
||
1
|
1
|
Tidak terjadi endapan
|
Tidak terjadi endapan
|
2
|
Tidak terjadi endapan
|
Tidak terjadi endapan
|
|
3
|
Tidak terjadi endapan
|
Tidak terjadi endapan
|
|
3
|
1
|
Sudah terjadi endapan
|
Sudah terjadi endapan
|
2
|
Sudah terjadi endapan
|
Sudah terjadi endapan
|
|
3
|
Sudah terjadi endapan
|
Sudah terjadi endapan
|
6. Viskositas dan PH
Uji
|
Presipitasi
|
Dispersi
|
Viskositas
:
|
||
Hari 1
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Hari 3
|
Terjadi cake
|
Sedikit mengeras
|
PH :
|
||
Hari 1
|
6
|
6
|
Hari 2
|
6
|
6
|
7. Prediksi stabilitas dengan cara disentrifugasi
Tinggi
suspensi awal (Ho) = 10 cm
Hari ke
|
Tinggi endapan (cm)
|
|
Presipitasi
|
Dispersi
|
|
0
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
3
|
8
|
7,5
|
Prediksi stabilitas
|
Cukup stabil
|
Cukup stabil
|
VII.
Pembahasan
Pada percobaan ini, diharapkan praktikan
mampu melakukan kontrol kualitas sediaan suspensi meliputi menghitung derajat
flokulasi, perbedaan metode pembuatan suspensi dan pengaruh tipe alat terhadap
stabilitas suspensi. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Jika
dikocok endapan harus segera terdispersi kembali.
Pada pengukuran derajat flokulasi (β)
dibuat disperse sulfadiazine dengan 5 formula yaitu A,B,C,D, dan E yang berisi
bahan-bahan seperti sulfadiazine, SLS , AlCl3 dengan penambahan yang
berlainan, dan aquadest. AlCl3 yang ditambahkan pada formula
A,B,C,D, dan E berurutan dari yang jumlah penambahan tidak ada/paling sedikit
sampai paling banyak penambahannya.pada formula ini AlCl3 merupakan
bahan pembentuk flokulasi (floculating agent) dan sulfadiazine sebagai zat
aktif/ fase dispersnya.Kemudian digunakan SLS (Sodium Lauril Sulfat) sebagai
surfaktan yang berfungsi membantu pembentukan suspense (suspending agent) serta
aquadest sebagai medium dispers.
Formula A merupakan suspense
terdeflokulasi, karena tidak ditambahkannya AlCl3 yang berfungsi
sebagai flocculating agent. Suspense yang terdeflokulasi partikelnya mengenap
perlahan-lahan dan akhirnya membentuk ‘cake’ yang keras dan sukar untuk
tersuspensi kembali. Sedangkan formula B,C,D dan E merupakan suspense
terflokulasi karena ditambahkannya AlCl3 ke dalam formula. Suspense
terflokulasi partikelnya terikat lemah, cepat mengenap, pada penyimpanan tidak
terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Penghitungan derajat flokulasi untuk
menilai kestabilan suspense selama proses penyimpanan. Jika harga derajat
flokulasi (β) =1 maka tidak terjadi flokulasi dalam system. Dari hasil
keseluruhan 5 formula, diperoleh derajat flokulasi (β) > 1. Sehingga hasil
percobaan untuk formula B,C,D dan E
tidak sesuai dengan teori di mana seharusnya suspense yang terbentuk adalah
system flokulasi.
Percobaan selanjutnya yaitu cara
pembuatan dan evaluasi suspense. Pada pembuatan suspense ini dibuat formula dengan
bahan aktif sulfadiazine, sulfamerazina, dan sulfadimidina. Terdapat pula asam
sitrat sebagai antioksidan yang dapat mencegah terjadinya oksidasi pada
suspense, CMC-Na sebagai surfaktan, metil paraben sebagai bahan pengawet
suspense yang berfungsi mencegah pertumbuhan mikroba selama penyimpanan,
larutan NaOH sebagai pelarut sulfa (zat aktif), sirup simplek sebagai perasa,
etanol sebagai pelarut metal paraben, dan aquadest sebagai medium disperse
formula tersebut.
Pada pembuatan formula suspense ini digunakan
2 metode yaitu metode presipitasi dan disperse. Perbedaan pada kedua metode
tersebut yaitu pada metode presipitasi penambahan larutan NaOH dilakukan diawal
sebagai pelarut sulfa. Prinsip metode presipitasi yaitu usaha mengubah partikel
zat terdispersi menjadi lebih halus dengan penambahan larutan NaOH terlebih
dahulu agar partikel sulfa menjadi lebih kecil dan dapat memudahkan dalam
homogenisasi dengan bahan lainnya. Sedangkan untuk metode disperse penambahan
larutan NaOH pada akhir, setelah semua bahan tercampur. Prinsip metode disperse
yaitu perubahan partikel secara fisik dengan cara obat dihaluskan lalu ditambah
wething agent.
Untuk hasil uji organoleptis, pada
suspensi presipitasi dan disperse hasil yang diperoleh sama yaitu rasa pahit,
tak berbau, dan berwarna putih susu. Selanjutnya pada uji volume sedimentasi
tinggi suspense awal yaitu 12 cm, pada hari ke 0 tidak terbentuk endapan pada
kedua metode suspense tersebut. Kemudian pada hari 1 sampai 3 terbentuk endapan
dengan selisih yang hampir sama pada kedua metode suspense tersebut, yaitu pada
hari ke 3 suspensi presipitasi dengan tinggi endapan 8,40 cm dan disperse 8,20
cm. Pada uji diameter partikel, suspensi presipitasi memiliki diameter partikel
yang lebih kecil dibanding suspensi disperse. Untuk pengamatan bentuk Kristal,
suspense presispitasi berbentuk kristal bulat kecil-kecil sedangkan suspense
disperse berbentuk menyerupai jarum.
Pada uji redispersibilitas, pada hari
pertama belum terbentuk endapan dari kedua suspense tersebut. Kemudian untuk
hari ke 3 sudah terbentuk endapan dari kedua suspense tersebut, dengan waktu
terdispersi kembali sekitar 1 menit. Suspense yang baik yaitu suspense yang
tidak cepat mengenap dan mudah didispersikan kembali.
Pada uji viskositas dan pH, viskositas
pada kedua suspense dari hari pertama sampai ketiga tidak terjadi endapan.
Selanjutnya untuk pH pada hari pertama sampai kedua diperoleh hasil pH yang
sama antara kedua suspense tersebut yaitu 6. Untuk uji prediksi stabilitas
dengan cara sentrifuge, tinggi endapan pada suspense presipitasi hari ketiga
yaitu 8 cm, sedangkan suspensi disperse 7,5 cm.
VIII.
Kesimpulan
·
Semakin banyak AlCl3 (floculating agent)
maka semakin banyak endapan yang terbentuk
·
Derajat flokulasi (β) =1, berarti tidak
terjadi flokulasi
·
Formula A termasuk suspense
terdeflokulasi, sedangkan formula B,C,D, dan E termasuk suspense terflokulasi
·
Hasil ke 5 formula β>1
·
Volume pengendapan presipitasi lebih
besar dibanding disperse
·
Metode presipitasi lebih baik dibanding
metode disperse dalam pembuatan suspense.
IX.
Daftar Pustaka
Ansel Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Moh.Anief, 1993, Farmasetika,Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Voight.R, 1971, Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Comments
Post a Comment