LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN SALEP
SALEP
I.
TUJUAN
Melakukan
kontrol kualitas sediaan salep meliputi daya menyebar, daya melekat, daya
proteksi, dan kecepatan pelepasan obat dari salep.
II.
DASAR
TEORI
Salep
adalah sediaan setengah padat yang dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar slep yang cocok. Pemerian
tidak boleh tengik. Kadar kecuali dikatakan lain dan untuk salep yang
menggunakan obat keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
(Anonim,
1997)
Salep
(unguents) adalah preparat setengah padatuntuk pemakaian luar yang dimaksud kan
untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata. Salep dapat
mengandung obat atau tidak mengan dung obat, yang disebutkan terakhir biasanya
dikatakan sebagai Dasar Salep (basis
oipment) dan digunakan sebagai pembawa dalam penyiapan salep yang mengandung
obat.
Dasar
salep digolongkan kedalam 4 kelompok besar, yaitu :
1. Dasar
Salep Hidrokarbon
Bersifat
lemak (bebas air), preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam
jumlah sedikit saja. Dasar Hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien.
2. Dasar
Salep Absorpsi
Dapat
menjadi dua tipe :
-
Memungkinkan
percampuran larut berair
-
Yang sudah menjadi
emulsi air minyak
3. Dasar
Salep Yang Dapat Dibersihkan Dengan Air
Merupakan
emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air.
4. Dasar
Salep Larut Air
Basis
yang larut dalam air, biasanya disebut sebagai Grea Seless karena tidak mengandung bahan berlemak.
§ Pemilihan
Dasar Salep
Pemilihan
dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada pemikiran
yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk :
a. Laju
pelenglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep.
b. Keinginan
peningkatan oleh dasar salep absorpsi perlakuan dari obat.
c. Kelayakan
melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep.
d. Jangka
lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.
e. Pengaruh
obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.
(Ansel,
1989)
Berdasarkan
komposisi salep, dibedakan menjadi :
a) Dasar
salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning, campuran malam putih dan
kuning, paraffin encer, paraffin padat, jelene, minyak tumbuh-tumbuhan.
b) Dasar
salep serap ( dapat menyerap air ) : adeps lanae, lanoline, unguentum simplek (
30 bag.malam kuninng dan 70 bag.minyak wijen ), hidroplhic petrolatum.
c) Dasar
salep dapat dicuci dengan air : dasar salep emulsi tipe M/A, emulsifying
ointment
d) Dasar
salep yang larut dalam air : terdiri dari PEG atau campuran PEG
( Anief, 1987 )
§ Pembuatan
Salep
Baik adalam ukuran besar maupun kecil, salep
dibuat dengan dua metode umum, yaitu :
o
Pencampuran
Dalam
metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala
cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil seperti resep yang
dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari
salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan
lempeng salep (gelas yang besar atau porselen) untuk menggerus bahan
bersama-sama. Beberapa lempeng salep dari gelas adalah gelas penggiling, supaya
dapat lebih hancur pada proses penggerusan.
o
Peleburan
Dengan
metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan
melebur bersama dan didinginkan dengn pengadukan yang konsten sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang
telah mengental setelah didinginkan dan diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang
mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature dari campuran telah cukup
rendah tidak meyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Banyak
bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk larutan, yang
lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya digerus dengan
sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan dapat dilakukan pada
cawan porselen atau gelas beker; pada skla besar umumnya dilaksanakan hetel uap
berjaket; sesaat setelah membeku; salep dimasukkan melalui gilingan salep
(dalam pabrik skala besar) atau digosok-gosokan dengan lumpang (pada pembuatan
skala kecil) untuk memastikan homogenitasnya.
o
Pengawetan Salep
Sering
memerlukan penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba pada formulasi untuk
mencegah prtumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini
termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol , asam benzoat, asam sorbet, garam
ammonium kuartener, dan campuran lainnya.
(Ansel,
1989)
o
Rute Penetrasi
Bila
suatu system obat digunakan secara topical maka obat akan keluar dari
pembawanya yang berdifusi kepermukaan jaringan kulit. Ada tiga jalan masuk yang
utama :
-
Melalui daerah kantung rambut.
-
Melalui kelenjar
keringat.
-
Melalui stratum korneum
yang terletak diantara kelenjar keringat dan kantung rambut.
o
Metode Pengkajian
Pada
metode pengkajian ini dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu :
·
Teknik In Vitro
Teknik
In Vitro, yang terpenting untuk mengkaji penetrasi kulit, meliputi penggunaan
beberapa macam sel difusi dimana kulit binatang atau manusia terikat pada suatu
tempat, dan senyawa-senyawa yang lewat dari permukaan epidermis ketempat cairan
diukur.
·
Teknik In Vivo
Teknik
In Vivo, yang terpenting adalah teknik histologis, penggunaan perunut, analisis
jaringan dan cairan tubuh serta pembawa respon-respon biologis.
(Lachman,
1994)
III.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat:
·
Alat daya menyebar
·
Alat
daya melekat
·
Alat
daya proteksi
·
Stop
watch
·
Alat
disolusi
·
Sel
disolusi
·
stirer
·
peralatan
gelas
2.
Bahan:
·
Salep
asam salisilat basis lemak
·
Salep
asam salisilat basis PEG
·
Larutan
fenoftalein
·
Kertas
saring
·
Membran
selofan porous
IV.
METODE KERJA
·
Uji daya menyebar salep
0,5 gram salep ditimbang, diletakkan di tengah alat (kaca
bulat)
Kaca ditimbang terlebih dahulu, kaca tersebut diletakkan
di atas massa salep dan dibiarkan selama 1 menit.
Di ukur berapa salep yang menyebar ( denan mengambil
panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi )
Comments
Post a Comment