LAPORAN PRAKTIKUM FTS-STERIL UJI WADAH GELAS UNTUK INJEKSI
LAPORAN PRAKTIKUM FTS-STERIL
PERCOBAAN II
UJI
WADAH GELAS UNTUK INJEKSI
Disusun Oleh:
Nama : Ekhwan Tris Wanto
Nim : K100110176
Nim : K100110176
Kelas/kelompok : G.4
Korektor :
LABORATORIUM TEKNOLOGI
FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PERCOBAAN
II
UJI WADAH GELAS UNTUK
INJEKSI
A.
Tujuan
Mahasiswa dapat memahami
batasan wadah gelas yang digunakan untuk injeksi dan cara pengujiannya.
B.
Tinjauan Pustaka
Injeksi adalah sediaan steril
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelm digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Injeksi dilakukan dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam pelarut
atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah
dosis ganda.
(Anief,
2007)
Bahan pengemas untuk sediaan
steril dapat berasal dari kaca, plastik, dan metal. Gelas merupakan bahan yang
paling popular untuk wadah sediaan steril. USP mengklasifikasikan gelas
sebagai:
a.
Tipe I (gelas
borosilikat)
b.
Tipe II (gelas
kapur soda hasil modifikasi)
c.
Tipe III (gelas
kapur soda)
(Clyde and
Schneider, 2010)
Gelas digunakan sebagai
pengemas sediaan farmasi karena beberapa alasan:
1.
Karena sifat
transperasinya, produk sediaan farmasi dapat dilihat secara mudah melalui
kontener gelas. Selain itu keadaan formulasi gelas dapat ditambahkan zat aditif
unuk menahan pegaruh cahaya (light resistence).
2.
Gelas yang didesain
untuk tujuan penggunaaan aditif farmasi, juga dapat didesain hingga menunjukkan
resistensi kimia yang cukup, tidak terjadi (minimal) interaksi antar produk
obat dan gelas, juga impermeable terhadap penetrasi gas. Selain itu, gelas
dapat menahan suhu cukup tinggi sehingga memudahkan jika harus disterilkan
dengan cara panas.
(Goeswin,
2009)
Uji wadah kaca
untuk injeksi.
Pengujian didasarkan atas daya
tahan wafah kaca terhadap kikisan air, yang ditetapkan dengan menetapkan
banyaknya basa yang dibebaskan wadah kaca dalam keadaan tertentu. Semua alat
yang digunakan harus bermutu tinggi dan pengujian dilakukan pada ruangan yang
praktis bebas asap dan debu. Wadah yang telah memenuhi syarat pengujian pada
penyimpanan akan mengalami perubahan fisikokimia sehingga mungkin menyebabkan
tidak lagi memenuhi syarat. Karena itu, untuk wadah yang telah disimpan harus
dilakukan pengulangan pengujian sewaktu hendak digunakan.
Alat otoklaf harus dapat
menampung uap jenuh konstan pada suhu 120o + 1,5o,
dilengkapi termometer, manometer, katup pengaman dan sebuah rak diatas
permukaan air yang dapat memuat tidak kurang dari 12 wadah yang diuji berdiri
tegak. Labu kimia terbuat dari kaca yang pada titrasi blanko yang tertera pada
batas kebasaan memerlukan tidak lebih dari 0,4 ml asam sulfat 0,01 N per 100 ml
air.
(Depkes
RI, 1979)
C.
Metode Kerja
1.
Alat dan Bahan:
Alat: Bahan:
· Autoclave -
Air bebas CO2
· Glassware -
H2SO4 0,01N
·
Botol Infus Kaca -
Aquadest
·
Alumunium foil -
Aceton
·
Bunsen -
Indikator metil merah
·
Tabung reaksi -
Asam Hipofosfit encer
·
Penjepit kayu -
Asam Klorida
- Natrium
Sulfida
2.
Cara Kerja:
a. Batas
Kebasaan
Dibuat
aqua bebas CO2
Disiapkan
3 botol infus volume 250 ml
Dibilas
bagian dalam dengan aquadest dan aqua bebas CO2 secara bergantian
hingga dirasa sempurna (maksimal 4X untuk masing-masing larutan pembilas)
Diisi
tiap botol dengan aqua bebas CO2 hingga masing-masing botol 90%
terisi
Ditutup mulut botol dengan alumunium foil yang sudah
dibilas dengan acetone
Botol diotoclave pada 115°C selama 20 menit
Dikeluarkan botol, didinginkan sebentar, kemudian 100 ml isi botol dituang
dalam erlenmeyer untuk titrasi
Ditambahkan
5 tetes indikator metil merah, kemudian lakukan titrasi menggunakan H2SO4
0,01N
Dilakukan titrasi blangko menggunakan 100 ml aqua bebas
CO2
b. Batas Arsen
Dipipet
5 ml air dari wadah yang dikerjakan menurut cara yang tertera pada batas
kebasaan, kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan
5 ml Asam Hipofosfit encer P As
Dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit
Dilihat
ada tidaknya warna coklat
c. Batas
Timbal
Dipipet
10 ml air dari wadah yang dikerjakan menurut cara yang tertera pada batas
kebasaan, kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan 1 tetes Asam Klorida PPb dan 3 tetes
larutan Natrium Sulfida P
Dilihat
ada tidaknya warna coklat.
3.
Pembahasan Cara
Kerja:
Pada percobaan kali ini digunakab aqua
bebas CO2 dengan tujuan untuk tidak mempengaruhi titik akhir titrasi, karena
CO2 dapar bereaksi dengan titran yaitu H2SO4 membentuk asam karbonat.
Pembentukan asam karbonat ini akan menyebabkan larutan menjadi lebih asam dan
mempercepat TAT sehingga hasilnya tidak akurat.
Pada saat pengisian, botol hanya diisi 90%
dari kapasitas agar tidak meledak saat diautoklaf karena pemuaian dan tekanan
yang tinggi. Kemudian botol ditutup dengan alumunium foil yang telah dibilas
dengan aseton untuk mensterilkan alumunium foil dari mikroorganisme.
Diautoclave pada 115oC selama 20 menit supaya semua mikroorganisme dapat
terbunuh. Setelah itu dititrasi dengan H2SO4 0,01N dan diberi indikator metil
merah. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna merah muda.
Kemudian dilakukan titrasi blanko untuk mengetahui kadar kebasaan dari wadah
gelas.
Comments
Post a Comment