INDUKSI KALUS WORTEL (Daucus carota L.) MENGGUNAKAN 2,4 D SEBAGAI ZAT PENGATUR PERTUMBUHAN
Percobaan
ini bertujuan untuk melakukan induksi kalus dari eksplan yang berasal dari umbi wortel (Daucus carota L.)
menggunakan 2,4 D sebagai zat pengatur pertumbuhan. Media yang digunakan
adalah media MS (Murashige Skoog) dengan kandungan 2,4 D 0,1 mg/L, makronutrien
50 mL/L, mikronutrien 5mL/L, sumber besi 5 mL/L, Myoinositol 100 mg/L, suplemen
organic 5 mL/L, sucrose 30g/L dan agar 9 g/L. Eksplan diamati selama 2 minggu
dan dicatat setiap perubahannya. Didapatkan dari hasil percobaan bahwa eksplan
memberikan respon yang positif dengan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan
kalus.
Kata kunci : Wortel,
Kalus, 2,4 D, Eksplan, Daucus carota
L.
ABSTRACT
The aim of
this experiment is to perform callus induction from explants derived from the
tuber of carrot (Daucus carota L.) using a 2.4-D as growth regulators. The
medium used was MS medium (Murashige Skoog) containing 2.4 D 0.1 mg / L,
macronutrient 50 mL / L, micronutrients 5mL / L,source of iron 5 mL / L,
myoinositol 100 mg / L, organic supplements 5 mL / L, sucrose 30g / L and that
9 g / L. Explants were observed for 2 weeks and note any changes. Obtained from
the experimental results that the explants responded positively to show signs
of callus growth.
Key
words : Carrot, Callus, 2,4 D, Explant, Daucus carota
L.
PENDAHULUAN
Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman yang
termasuk dalam famili umbeliferaceae. Tanaman wortel adalah tanaman semusim
yang berbentuk rumput mempunyai umbi yang berwarna kuning hingga kemerahan.
Umbi ini terbentuk dari akar yang kemudian berubah bentuk dan fungsi sehingga
dapat dikonsumsi (Sunarjono, 1984). Berdasarkan penelitian Hardegger dan
Gou-Qing wortel merupakan komoditas sayuran yang penting, dimana konsumsi
pertahunnya mencapai 13,5 ribu ton pada tahun 1991 atau sekitar 3% dari
produksi sayuran diseluruh dunia.
Diidonesia untuk budidaya
tanaman dari wortel masih menggunakn metode yang sangat sederhana, yaitu dengan
penyebaran benih wortel pada media tanam (tanah) yang kemudian untuk
memaksimalkan produksi dilakukan pemupukan menggunakan pupuk TSP atau KCL
(Peranita dkk). Untuk kebutuhan benih sendiri menurut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Holtikultura untuk satu hektar tanah membutuhkan setidaknya
750-1000 gram benih wortel.
Menurut Thorpe (2007) Kultur jaringan tumbuhan
adalah kultur sel, jaringan, organ ataupun keseluruhan dari tumbuhan secara in
vitro dalam kondisi yang aseptik dan nutrisi serta lingkungan yang terkontrol.
Tujuan dari kultur jaringan tumbuhan sendiri adalah untuk mendapatkan cloning
tumbuhan yang memiliki sifat atau genetika yang sama seperti tumbuhan induknya
dimana selanjutnya cloning tumbuhan ini akan di perbanyak dan akhirnya dapat
memproduksi tanaman tertentu dengan skala yang besar dan kualitas yang seragam.
Beberapa tahapan yang
harus dilalui ketika melakukan kultur jaringan tumbuhan menurut Hussain dkk
(2012) yaitu :
a. Inisiasi
yaitu tahapan dimana tanaman induk (eksplan) di pindahkan kedalam media tanam
yang telah diatur kandungan nutrisinya.
b. Multipikasi
yaitu tahapan dimana eksplan mulai memperbanyak selnya.
c. Perakaran
yaitu tumbuhnya akar dari sel-sel yang telah memperbanyak diri.
d. Aklimatisasi
yaitu proses dimana tumbuhan hasil kultur jaringan beradaptasi dengan
lingkungannya.
Kalus atau Callus biasanya didefinisikan sebagai
jaringan padat yang tidak terorganisasi tumbuh pada media padat yang berasal
dari bagian tertentu dari tanaman. Kalus secara alamiah merupakan suatu bentu
pertahanan dari tumbuhan terhadap luka dan stress (Bottino, 1981). Kalus
mempunyai peran yang penting dalam kultur jaringan tumbuhan terutama mengambil
bagian penting pada tahapan multifikasi sel. Karena kalus merupakan sel yang
tidak terkontrol dan akan terus membelah maka kalus dapat dijadikan sebagai
sumber sel untuk kultur jaringan tumbuhan yang kemudian dapat dilanjutkan
dengan mikropropagasi untuk mendapatkan tumbuhan yang seragam dalam jumlah yang
besar.
Pada proses
pembentukan kalus perlu diperhatikan beberapa hal seperti bagian tanaman yang
digunakan sebaiknya merupakan tanaman yang masih muda dan segar, konsentrasi
dari hormon pengatur pertumbuhan juga harus diperhatikan. Karena setiap
tumbuhan memerlukan konsentrasi yang berbeda untuk dapat menghasilkan kalus
yang optimal. Selain itu kondisi steril dari media, peralatan, dan proses yang
digunakan juga perlu mendapat perhatian. Karena kondisi steril akan mencegah
kontaminasi dan ganggung dari bakteri dan jamur sehingga akan mendukung proses
induksi kalus sendiri.
Dalam percobaan kali
ini akan dilakukan induksi kalus wortel menggunakan media MS dan zat pengatur
tumbuh 2,4 D. Induksi kalus dilakukan dengan menggunakan bagian umbi dari
wortel sebagai eksplannya. Eksplan kemudian diamati selama 2 minggu untuk melihat
apakah terjadi pembentukan kalus yang diharapkan.
METODOLOGI
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain wortel yang dibeli di Careffour Pabelan, etanol
70%, aquadest, aquadest steril, media MS steril yang mengandung 2,4 D 0,1 mg/L,
makronutrien 50 mL/L, mikronutrien 5mL/L, sumber besi 5 mL/L, Myoinositol 100
mg/L, suplemen organic 5 mL/L, sucrose 30g/L dan agar 9 g/L.
Larutan
stok Myoinositol dengan konsentrasi 10 mg/mL dan 2,4 D dengan konsentrasi 1
mg/mL.
UNTUK FULLNYA DOWNLOAD DISINI KLIK
Comments
Post a Comment