Proposal BUDIDAYA TANAMAN Kembang Kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC)
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Kubis bunga merupakan
tumbuhan yang termasuk dalam kelompok botrytis dari jenis Brassica oleracea
(suku Brassicaceae). Sebagai sayuran, tumbuhan ini lazim dikenal sebagai
kembang kol yang merupakan terjemahan harafiah dari bahasa Belanda bloemkool.
(anaktptph-agriculture.blogspot.com.2014)
Kubis bunga berbentuk
mirip dengan brokoli. Perbedannya, kubis bunga memiliki kepala bunga yang
banyak dan teratur dengan padat. Hanya "kepala" kembang kol yang
lazim dimakan (dalam literatur berbahasa Inggris disebut white curd). Pada
dasar kepala tersebut terdapat daun-daun hijau yang tebal dan tersusun rapat.
Kubis bunga juga mirip dengan kubis romanesco.
Kembang kol merupakan
sumber vitamin dan mineral dan lazimnya dimakan dengan dimasak terlebih dahulu,
meskipun dapat pula dimakan mentah maupun dijadikan acar.
Menurut Departemen
Pertanian Amerika Serikat (USDA), secangkir kembang kol mentah dapat memasok
77% vitamin C dari "Acuan Konsumsi Makanan" (Dietary Reference
Intake) bagi orang dewasa. Kembang kol juga merupakan sumber penting protein,
tiamin, riboflavin, niasin, kalsium, besi, magnesium, fosfor, dan zink, serta
sangat baik sebagai sumber serat makanan, vitamin B6, asam folat, asam
pantotenat, dan kalium. Sayur ini mengandung sedikit lemak jenuh, dan sangat
sedikit kolesterol (kurang dari 1 g per kg).
Sebagaimana kubis-kubisan
yang lain, kembang kol mengandung zat antigizi pula (goiterogen,
"pembangkit kembung") sehingga perlu dipertimbangkan pembatasan
konsumsinya.
Kubis bunga merupakan
tumbuhan semusim dengan daur hidup berlangsung minimal empat bulan dan maksimal
setahun, tergantung tipenya, tipe summer/spring atau tipe winter (lihat
vernalisasi)
1.2. Manfaat
dan Tujuan
a. Manfaat
Dalam proses budidaya ini
pada khususnya mahasiswa akan mengetahui bagaimana proses budidaya tanaman
sayuran bunga/buah pada umunya dan dapat menemukan teknologi baru dari budidaya
tersebut.
b. Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara budidaya tanaman kol bunga atau kubis bunga.
2. Untuk
menunjang pengetahuan dalam budidaya tanaman sayuran buah/bunga pada khususnya.
3. Untuk
mengetahui kendala-kendala/permasalahan dalam teknik budidaya dan
penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Diskripsi
Kembang Kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC)
Kembang kol merupakan
tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga
putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Kembang Kol berasal dari bahasa
Belanda Bloemkool yang berarti "tunas". Kembang Kol tergolong ke
dalam keluarga kubis-kubisan dan termasuk sayuran yang tidak tahan terhadap
udara panas. Daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kubis
bunga. Pusat Produksi tanaman ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang,
Cisarua, Cibodas. Tetapi saat ini kembang bunga kol mulai ditanam di
sentra-sentra sayuran lainnya seperti Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan,
Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng (Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali).
Klasifikasi botani
tanaman kembang kol adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas : Dilleniidae
Ordo
: Capparales
Famili
: Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica oleracea var. botrytis
Brassica oleracea varitas botrytis terdiri atas 2 subvaritas yaitu cauliflora DC. yang kita kenal sebagai kembang kol putih dan cymosa Lamn. yang berbunga hijau dan terkenal sebagai brokoli. Penentuan kultivar berdasarkan ukuran, kemampatan dan warna massa bunga.
Kultivar lokal adalah
kultivar Cirateun yang banyak ditanam di Lembang, sedangkan kultivar introduksi
adalah kultivar Farmers Early No 2 (umur panen 63 hari) dan Fengshan Extra
Early (umur panen 59 hari) asal Taiwan untuk dataran rendah sampai medium,
Snown Crown asal Jepang untuk dataran menengah dan dataran tinggi serta
Tropical Early asal jepang untuk dataran rendah.
2.2. Syarat
Tumbuh Kembang Kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar.
cauliflora DC)
1. Iklim
a. Kubis
bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat
itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15.5-18
derajat C dan maksimum 24 derajat C
b. Kelembaban
optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
c. Dengan
diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi,
budidaya tanamankubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m
dpl) dan menengah (200-700 m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang
terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga
dan umur panen yang lebih panjang.
2. Media
Tanam
a. Tanah
lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat.
Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
b. Kemasaman
tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang
memadai.
c. Tanah
harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh
kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga
unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
d. Pengapuran
hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis kapur yang
sesuai dengan nilai pH tanah tetapi umumnya berkisar antara 1-2 ton/ha dalam
bentuk kalsit atau dolomit. Kapur dicampurkan merata dengan tanah pada saat
pembuatan bedengan.
3. Ketinggian
Tempat
Tanaman kubis dapat
tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas dataran tinggi,
dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.
2.3. Budidaya Kembang
Kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC)
1. Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah adalah
kegiatan mengolah tanah untuk menciptakan media tanam yang sesuai dengan
kondisi lingkungan, terutama sifat fisik tanah yang dikehendaki oleh tanaman
untuk tumbuh dan berkembang.
Mula-mula tanah dibajak
sedalam 20-30 cm dengan traktor atau bajak tradisional, setelah dibajak, tanah
dibiarkan selama 5-7 hari agar bongkahan-bongkahan akibat pembajakan, mendapat
cukup gembur dan sinar matahari secara langsung sehingga berbagai macam
pathogen tanah mati. Selain itu zat-zat racun yang berada di dalam tanah
menguap atau teroksidasi, sehingga tidak membahayakan tanaman yang hendak
dibudidayakan. Pengolahan selanjutnya, tanah diratakan sekaligus
bongkahan-bongkahan dihancurkan dengan cangkul, lalu dibiarkan selama 7 hari
agar tanah menjadi kering. Setelah itu, dicangkul lagi agar diperoleh struktur
yang gembur.
2. Pembuatan
bedengan
Ada dua faktor penting
yang harus diperhatikan dalam membuat bedengan, yaitu ukuran dan arah bedengan.
1) Ukuran
bedengan
Bedengan sebagai tempat
penanaman, sebaiknya dibuat dengan lebar 90-120 cm. panjang bedengan
disesuaikan dengan lahan setempat, sedang tingginya dibuat sekitar 30-50 cm,
dengan kedalaman 20-30 cm.
2) Arah
bedengan
Arah bedengan berpengaruh
terhadap penyebaran sinar matahari keseluruh tanaman. Agar seluruh tanaman
memperoleh sinar matahari secara merata, maka bedengan dibuat membujur arah
Timur-Barat.
3. Pupuk
kandang
Bedengan yang telah
bersih dari rumput diberi pupuk kandang sebanyak 15-20 ton per hektar yang
ditaburkan dipermukaan bedengan secara merata. Setiap 1m2 lahan
memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5-2 kg.
4. Persyaratan
Benih (Seleksi Benih)
a) Benih
utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih
harus bebas hama dan penyakit.
c) Benih
harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta
bersih dari kotoran.
d) Benih
diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai
daya kecambah 80% sehingga untuk satu hektar kebun diperlukan 100-250 gram
tergantung pada ukuran benih
f) Benih
yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
5. Penyiapan
Benih
Penyiapan benih
dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai
berikut:
1) Sterilisasi
benih, dengan merendam benih dalam
larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam
air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
2) Penyeleksian
benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan
tenggelam.
3) Rendam
benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat
berkecambah.
Benih harus disemai dan
dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di
bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun
pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
6. Teknik
Penyemaian Benih
Hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1) tanah tidak
mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi
mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih. Penyemaian dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1) Penyemaian
di bedengan
Sebelum bedengan dibuat,
lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang
dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan
dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan
plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0
m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar
merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara
pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2
minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat
dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan
tinggi 5 cm atau berupa
polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya.
Bumbung diisi media
campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2
atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan
jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan
benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama
saat pemindahan bibit ke lahan.
2) Penyemaian
di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per
satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas.
Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter
dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media
penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%.
Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu
udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan
formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain
dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2)
sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik
(5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
3) Kombinasi
cara a) dan b).
Pertama benih disebar di
petak persemain, setelah berumur
4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.
4) Penanaman
langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan
tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih
intensif.
Lahan persemaian dapat
diganti dengan kotak persemaian
dan dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) buat medium terdiri dari tanah,
pasir dan pupuk kandang (1:1:1); (2) buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x
30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase;(3) masukkan medium
kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
5) Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
a. Penyiraman
dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
b. Pengatur
naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul
15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan
bagi bibit.
c. Penyiangan
dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit,
dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela
tanaman pokok.
d. Dilakukan
pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan
pestisida 1/2 dosis jika diperlukan.
e. Hama
yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput,
bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit
adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan
fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan
lain-lain.
6) Pemindahan
Bibit
7. Teknik
Penanaman
1) Penentuan
Pola Tanaman
Jarak tanam kubis bunga
adalah 50 x 50 cm untuk kultivar yang tajuknya melebar dan 45 x 65 cm untuk
kultivar tegak. Waktu tanam terbaik di ) pagi hari antara jam 06.00-09.00 wib
atau sore hari antara jam 15.00-17.00 wib.
2) Cara
Penanaman
Bibit di dalam bumbung
daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya. Jika digunakan bumbung
kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara membalikkan
bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit
di tanam di dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi basah
benar.
8. Pemeliharaan
1) Penyulaman
Jika ada tanaman yang
rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum tanaman berumur
kira-kira 2 minggu.
2) Penyiangan
Penyiangan yang bersamaan
dengan penggemburan dilakukan bersama-sama dengan pemupukan susulan yaitu pada
7-10 hari setelah tanam (hst), 20 hst dan 30-35 hst. Penyiangan dan
penggemburan harus dilaksanakan dengan hati-hati dan jangan terlalu dalam agar
tidak merusak akar kubis bunga yang dangkal. Pada akhir pertumbuhan vegetatif
(memasuki masa berbunga) penyiangan dihentikan.
3) Perempalan
Perempelan tunas cabang
dilakukan seawal mungkin supaya ukuran dan kualitas massa bunga yang terbentuk
optimal. Segera setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian
rupa sehingga massa bunga ternaungi dari cahaya matahari. Penutupan ini berfungsi
untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih.
4) Pemupukan
a. Pupuk
susulan I diberikan 7-10 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36
150 kg/ha dan KCl 75 kg/ha di sekeliling tanaman sejauh 10-15 cm dari batangnya
lalu ditimbun tanah.
b. Pupuk
susulan II diberikan 20 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 75
kg/ha dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 20 cm dari batangnya lalu ditimbun
tanah.
c. Pupuk
susulan III diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan
KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 25 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
Bersamaan dengan pupuk susulan III tanaman disemprot dengan pupuk daun dengan N
dan K tinggi.
5) Pengairan
dan Penyiraman
Pengairan dilakukan
secara rutin di pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan
1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman berada pada fase pertumbuhan awal
dan pembentukan bunga.
9. Hama
dan Penyakit
1) Hama yang
ada pada tanaman ini adalah sebagai berikut:
a. Ulat
Plutella (Plutella xylostella L.)
Ulat yang berwarna hijau
ini memakan permukaan daun bagian bawah dengan meninggalkan tulang-tulang daun
sehinggn daun berlubang.
b. Ulat
Croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat berwarna hijau
bergaris punggung hijau muda dan berwarna kuning di sisi perut. Akibat serangan
ulat ini, massa bunga atau daun disekelilingnya menjadi bolong-bolong.
c. Ulat
tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)
Ulat menyerang tanama
kubis dengan cara memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman sehingga
tangkai daun atau batang rebah dan layu terutama di siang hari.
d. Kutu
daun (Aphis brassicae)
Kutu daun menghisap
cairan sel sehingga daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik kotor.
Biasanya, kutu ini hidup berkelompok di permukan bawah daun atau pada massa
bunga. Serangan yang hebat biasanya terjadi di musim kemarau.
e. Ulat
jengkal (Trichoplusiana sp.) dan ulat grayak (Spodoptera sp.)
Ulat jengkal berukuran 4
cm, hijau pucat dan berpita merah muda pada tiap sisi badannya sedangkan ulat
grayak memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis
kekuning-kuningan pada sisinya. Keduanya menyerang daun pada musim kemarau
sehingga daun rusak, bolong-bolong meninggalkan tulang daunnya saja. Ulat
grayak menyerang tanaman beramai-ramai dalam satu kelompok besar.
Pengendalian hama
dilakukan dengan cara terpadu: melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman
selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba yang menjadi musuh alami dan
menggunakan pestisida baik yang biologis maupun kimiawi.
2) Penyakit yang
sering terjadi adalah sebagai berikut :
a. Busuk
hitam
Penyebab: bakteri
Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular benih (seed born) yang
menyerang semua fase pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas
gigitan serangga atau luka. Gejala: terdapat bercak coklat kehitam-hitaman pada
daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi
busuk sehingga tidak dapat dipanen.
b. Busuk
lunak
Penyebab: bakteri Erwinia
carotovora Holland. Penyakit ini menyebabkan busuk lunak pada tanaman di kebun
dan pasca panen. Infeksi terjadi setelah
busuk hitam melalui luka pada pangkal bunga yang hampir dipanen atau melalui
akar yang terluka. Gelaja: busuknya batang atau pangkal bunga dengan
tiba-tiba.
c. Akar
bengkak
Penyebab: jamur Plasmodiophora
brassicae Wor. Gejala: tanaman layu seperti kekurangan air dan segar kembali di
malam hari, lama-lama pertumbuhan terhambat dan kerdil serta tidak bisa
berbunga. Selain akar tanaman membengkak terlihat pula ada bercak hitam di akar
tersebut.
d. Bercak
hitam
Penyebab: jamur
Alternaria sp. Penyakit tular benih ini menyerang daun dan bagian tanaman
lainnya. Gejala: daun menjadi berbercak coklat muda atau tua bergaris
konsentris. Pada akar, batang dan tangkai terdapat bercak bergaris berwarna kehitam-hitaman.
e. Semai
roboh (damping off)
Penyebab: jamur
Rhizoctonia sp. dan Phytium
sp. Penyakit ini biasanya menyerang persemaian menyebabkan busuknya pangkal
batang. Pengendalian: dapat dilakukan dengan melakukan bibit yang bebas
penyakit, merendam benih di air panas (50 derajat C) atau di dalam
fungisida/bakterisida selama 15 menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam
kultivar tahan penyakit, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis atau gigitan
serangga, melakukan sterilisasi media semai atau lahan kebun (khusus untuk akar
bengkak), pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang telah terserang
penyakit.
Untuk mencegah serangan
hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada
gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu.
10. Panen
1) Ciri
dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan saat
massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat. Umur panen antara 55-100 hari
tergantung dari kultivar.
2) Cara
Panen
Sebaiknya panen dilakukan
di pagi atau sore hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian
batang dan daunnya sepanjang 25 cm.
3) Perkiraan
Produksi
Hasil panen per hektar
antara 15-40 ton tergantung dari kultivar, populasi tanaman dan
pemeliharaan.
11. Pascapanen
1) Pengumpulan
Setelah bunga kubis
dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan
sortasi.
2) Penyortiran
Sortasi dilakukan
berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu > 30 cm,
25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.
3) Penyimpanan
Penyimpanan terbaik di
ruang gelap pada temperatur 20 derajat C, kelembaban 75-85% atau kamar dingin
dengan temperatur 4.4 derajat C dengan kelembaban 85-95%. Pada ruangan-ruangan
tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
4) Pengemasan
dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan
dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30 kg. Untuk transportasi jarak jauh,
sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun yang berada di atas massa bunga dipatahkan untuk menutupi bunga. Untuk
transportasi jarak dekat ujung-ujung daun dipotong.
BAB III
RENCANA
KEGIATAN
3.1. Tempat
dan Waktu
Budidaya
tanaman Kembang Kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar.
cauliflora DC) di lahan departemen hortikultura, Desa Bobojong,
Kec. Mande, Kab. Cianjur. Daerah ini memiliki jenis tanah Latosol,
ketinggiannya 220 meter di atas permukaan laut (DPL), dan berjarak
sekitar 12 km dari kota Cianjur. Kegiatan ini berlangsung dari pertengahan
November 2013 sampai akhir Maret 2014.
3.2. Alat
dan Bahan
3.2.1. Alat
Ø Cangkul
Ø Sprayer
Ø Kored
Ø Meteran
Ø Timbangan
|
Ø Sabit
Ø Masker
Ø Ember
Ø Gayung
Ø PH meter
|
3.2.2. Bahan
Ø Bibit bunga kol
Ø Pupuk kandang
Ø Urea
Ø SP36
|
Ø KCL
Ø Pestisida
(Fungisida, Insektisida, dan Furadan)
Ø Daun pisang
(polybag)
|
3.3. Pelaksanaan
Kegiatan
3.3.1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan
budidaya bawang merah meliputi penyusunan proposal yang dibimbing oleh 2 dosen
per kelompok, dosen pembimbing termasuk dosen mata kuliah produksi sayuran yang
ditetapkan sesuai kompetensi masing-masing mahasiswa.
3.3.2. Pengukuran
lahan
Luas lahan yang digunakan
untuk budidaya bawang merah yaitu 44 m2 yang terdiri dari
2 bedeng. Panjang bedengan 16 m2 dengan rata-rata lebar
bedengan 110 cm, dan lebar parit 40 cm pada tiap bedeng.
3.3.3. Pengukuran
pH tanah
Pengukuran pH tanah
menggunakan alat soil tester. Pengukuran pH tanah dilaksanakan satu kali.
3.3.4. Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah
dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolahan lahan ini meliputi pembalikan
tanah, dan penggemburan tanah. Lahan yang sudah diolah dan sudah terbentuk
bedengan-bedengan kemudian digemburkan dan didiamkan selama satu minggu.
3.3.5. Penanaman
Penanaman dilakukan pada
akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-45 cm x 65 cm. Cara
penanamannya; Bibit di dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa
membuang bumbungnya. Jika digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag,
bibit dikeluarkan dengan cara membalikkan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan
hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di dalam lubang tanam dan
segera disiram sampai tanah menjadi basah benar.
3.3.6. Pemeliharaan
1. Penyiraman dapat
menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar
bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai
dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
2. Pemupukan : Pupuk yang
diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk buatan dengan
dosis urea 250 kg/Ha, ZA 450 kg/Ha, TSP/SP-36 225 kg/ha. KCI 375 kg/ha (sesuai
dengan kesuburan tanah)
3. Penyulaman, dilakukan
apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan paling lambat
2 minggu setelah tanam.
4. Pembumbunan dan
penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
5. Pengendalian OPT
dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah
tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan
Nematoda Akar.
Pengendalian Hama dilakukan dengan cara:
1. Sanitasi dan pembuangan gulma
2. Pengumpulan larva dan memusnahkan
3. Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian
ulat
4. Penggunaan Insektisida
5. Rotasi Tanaman
3.3.7. Panen
Pemanenan dilakukan saat
massa bunga mencapai ukuran maksimal dan rapat. Umur panen antara 55-100 hari
tergantung dari kultivar. Sebaiknya panen dilakukan di pagi atau sore hari
dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daunnya
sepanjang 25 cm. Hasil panen per hektar antara 15-40 ton tergantung dari
kultivar, populasi tanaman dan pemeliharaan.
3.3.8. Pasca Panen
a. Pengumpulan Setelah
bunga kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan
sortasi.
b. Penyortiran Sortasi
dilakukan berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu
> 30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.
c. Penyimpanan
terbaik di ruang gelap pada temperatur 20 derajat C, kelembaban 75-85% atau
kamar dingin dengan temperatur 4.4 derajat C dengan kelembaban 85-95%. Pada
ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
d. Pengemasan
dan Pengangkutan dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30
kg. Untuk transportasi jarak jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun
yang berada di atas massa
bunga dipatahkan untuk menutupi bunga. Untuk transportasi jarak dekat ujung-ujung
daun dipotong.
Comments
Post a Comment