Kulur akar daun tapak dara
(Catharanthus
roseus (L) G. Don)
PREPARATION
OF SHOOT CULTURE FOR PERIWINKLE
(Catharanthus
roseus (L) G. Don)
Fajar
Kholikul Amri (K100110043)
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Jalan Ahmad Yani, Tromol Pos I,
Pabelan Kartasura, Surakarta
57102
ABSTRAK
Penelitian dilakukan menggunakan sampel
ketiak daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) dengan tujuan untuk membuktikan teknik
shoot culture kepada peneliti. Shoot culture merupakan teknik kultur
jaringan tanaman yang dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas
aksilar. Bagian tanaman ini digunakan sebagai bahan percobaan karena banyak
mengandung meristem pucuk. Metode yang digunakan adalah penanaman eksplan
secara in vitro pada media pada MS (Murashige and Skoog) yang mengandung zat
pengatur tumbuh NAA (asam α-naftaleneasetat) dan BAP (6-benzylaminopurine). NAA
merupakan golongan auksin sintetik sedangkan BAP termasuk dalam golongan
sitokinin sintetik yang merupakan turunan adenin (aminopurin). Sitokinin
berperan sebagai penghambat dominasi apikal yang dipacu oleh auksin.
Kata kunci: shoot culture, tunas tapak dara, (Catharanthus
roseus (L) G. Don), kultur jaringan, in vitro.
ABSTRAK
The study was
conducted using a sample of axillary periwinkle (Catharanthus roseus (L) G.
Don) in order to prove the shoot culture technique to the researcher. Shoot
culture of plant tissue culture is a technique that is intended to stimulate
the growth of axillary shoots. Parts of this plant are used as experimental
material because many contain apical meristems. The method used is the
cultivation of explants in vitro on MS medium (Murashige and Skoog) containing
growth regulators NAA (α-naftaleneasetat acid) and BAP (6-Benzylaminopurine).
NAA is a synthetic auxin class while BAP included in the class of synthetic
cytokinins are adenine derivatives (aminopurin). Cytokines act as inhibitors of
apical dominance is driven by auxin.
Keywords: shoot culture, shoots vinca,
(Catharanthus roseus (L) G. Don), tissue culture, in vitro.
I.
PENDAHULUAN
Tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don), adalah semak
tahunan yang banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias dan obat (Pandiangan dan
Nainggolan, 2006) yang memiliki beberapa khasiat obat, diantaranya adalah
hipertensi, diabetes, pendarahan akibat penurunan jumlah trombosit, leukimia
limfositik akut, leukimia monositik akut, limfosarkoma, dan sarcoma sel
retikulum. Sekitar 100 macam alkaloid telah diidentifikasi pada tanaman ini (De
Padua et al. 1999), diantaranya adalah alkaloid antikanker seperti
vinblastin, vinkristin, katarantin, dan leurosin (Wijayakusuma et al. 1992).
Menurut
Yusnita (2004), Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan
bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi kultur yang
aseptik secara in vitro. Perbanyakan secara kultur jaringan akan
menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit yang banyak dalam
waktu relatif singkat.
Kultur
jaringan dilakukan sebagai inovasi teknik penanaman yang sudah ada yaitu teknik
penanaman konvesional (cangkok, stek, bibit, dan lai-lain). Teknologi kultur
jaringan sekilas memang terlihat rumit tapi bukan berarti tidak bisa
mendatangkan keuntungan, dengan teknik kultur jaringan hasil dari penanaman
bisa direkayasa genetik serta lingkungan yang dibuat sedemikian rupa (dibawah
kontrol) sehingga bisa menghasilkan panen yang lebih baik.
Shoot culture merupakan
teknik kultur jaringan tanaman untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas aksilar
yang selanjutnya akan diperbanyak dan ditumbuhkan secara in vitro. Ada istilah shoot-tip culture yaitu apabila eksplan
yang digunakan sebagai bahan tanam berukuran ± 20 mm tetapi bila yang digunakan
sebagai eksplan adalah bagian ujung pucuk apikal atau bagian tunas lain maka
disebut shoot culture (Santoso &
Nursandi, 2004).
Dalam
perbanyakan secara in vitro, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui
multiplikasi tunas dari mata tunas aksilar.
Multiplikasi tunas dapat diinduksi dari benih dengan cara mengkulturkan
benih steril pada menganduk sitokinin. Pemberian sitokinin antara lain: BA
(Benzyl Adenin), zeatin, kinetin 2-IP dan Adanin Sulfat pada tunas aksilar
bertujuan untuk mengaktifkan tunas dan bakal tunas serta mendorong pembentukan
tunas yang banyak (prolifersi) dari mata
tunas (Palupi et all).
Besar
kecil ukuran eksplan yang digunakan akan mempengaruhi hasil dari teknik ini.
Semakin kecil ukuran eksplan maka resiko kontaminasinya semakin kecil namun
kemampuannya untuk memperbanyak diri pun juga semakin kecil. Namun bila ukuran
eksplan semakin besar maka kemampuan adaptasinya akan lebih tinggi tetapi
resiko kontaminasi juga semakin besar maka dari itu ukuran eksplan ini perlu
diperhatikan, sesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan kultur (Santoso &
Nursandi, 2004).
II.
METODOLOGI
a.
Alat
Alat-alat
yang digunakan untuk membantu jalanna penelitian ini adalah sebagai berikut:
cawan petri, scapel handle, scapel, pinset, beaker glass 250 mL, erlenmayer 500
mL, gelas ukur , mikropipet, batang pengaduk, magnetic stirrer, yellow tip,
blue tip, LAF, autoclave, oven, 15 wadah kultur, pot besar, pisau, pipet tetes,
microwave.
b.
Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan untuk penelitian ini antara lain adalah batang tapak dara, etanol
70%, aquadest, aquadest steril, media MS steril yang mengandung NAA 0,15 mg/L,
BAP 0,075 mg/L, makronutrien 50 mL/L, mikronutrien 5 mL/L, sumber besi 5 mL/L,
Myoinositol 100 mg/L, suplemen organic 5 mL/L, sucrose 30g/L dan agar 9 g/L.
Larutan stok Myoinositol dengan konsentrasi 10 mg/mL. Alumunium foil, kertas
HVS, autoclave tape, cairan bleaching 10 %, larutan HCl dan NaOH, pH stick,
label.
Bahan
untuk membuat larutan makronutrien.
UNTUK FULLNYA SILAHKAN DOWNLOAD DISINI
Comments
Post a Comment